monumen bom bali













Kisah sedih terpahat saat anda menyaksikan Monumen Bom Bali (Ground Zero), sebanyak 202 orang korban meninggal dan 209 orang cidera, dari berbagai negara dan penduduk lokal saat tragedi  bom tersebut terjadi terpatri di monumen tersebut. Monumen dibangun dengan tujuan menghormati nilai-nilai kemanusiaan terutama yang telah menjadi korban saat terjadinya ledakan pada tanggal 12 Oktober 2012. Terletak di Jalan Raya Legian, Kuta, di lokasi pengeboman Sari Club dan Paddy's cafe, sampai saat kawasan jalan legian ini tergolong yang terpadat di daerah Kuta, terdapat banyak toko-toko cinderamata, hotel, restaurant, cafe, spa, bank dan mini market, sehingga suasana aktifitas di kawasan ini tidak pernah berhenti dari siang dan malam, jalan Legian ini merupakan salah satu akses menuju objek wisata Pantai Kuta, sehingga selalu ramai orang lalu lalang baik itu penduduk lokal begitu juga para pelancong yang liburan ke Bali.

Monumen Bom Bali ini dibangun atas gagasan Nyoman Rudana, monumen selesai dibangun pada tahun 2003 setahun setelah terdinya pengeboman di Ground Zero dan diberi nama Monumen Panca Benua, dan akhirnya tanggal 12 Oktober 2004 baru di resmikan oleh Bupati Badung saat itu yaitu A.A Ngurah Oka Ratmadi dan diberi Nama Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom 12 Oktober 2002 dan orang-orang menyebutnya Monumen Bom Bali. Mengingat akan terjadinya tragedi ini, kisah-kisah miris dan tragis bisa kita saksikan dan dengar dari saksi-saksi yang masih hidup dan dari penduduk sekitar lokasi Ground Zero, di rumah-rumah penduduk beberapa menemukan bagian dari tubuh korban dan sebelum diadakan upacara atau ritual pembersihan yang menurut agama Hindu dengan upacar mecaru dan melaspas, kadang-kadang terdengar jeritan orang minta tolong dan menangis yang tidak jelas sumbernya.

Dari 202 orang korban yang menjadi korban meninggal paling banyak saat tragedi tersebut adalah warga Australia sebanyak 88 orang, kemudian dari Indonesia 38 orang (kebanyakan warga Bali ada juga dari Jawa), kemudian dari Inggris, Amerika dan beberapa dari berbagai kewarganegaraan. Betapa berat dan menyedihkan tragedi ini dan tantangan berat bagi Pariwisata Bali. Tapi masyarakat Bali berusaha tenang dan arif menyikapi hal ini, berusaha tidak ada dendam, yang akan menimbulkan dendam baru. Dari Monumen Bom Bali bisa kita renungkan betapa kekerasan itu selalu menimbulkan korban dan tidak akan menyelesaikan masalah dan justru akan menimbulkan masalah baru. Setiap 12 Oktober setiap tahunnya diadakan peringatan untuk menghormati nilai kemanusiaan, dan mendengungkan gema perdamaian.

Share on Google Plus
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment