
sehari menjelang hari raya nyepi, umat hindu biasanya melaksanakan upacara tawur atau ngerupuk sebagai penyucian diri dari roh jahat dan kekuatan-kekuatan negatif yang timbul akibat keserakahan dan kesombongan manusia, terutama untuk menjaga keharmonisan alam dan diri manusia. ngerupuk bisa dilakukan di rumah maupun di pura dengan memberi sesaji. puncak ngerupuk di pura umumnya saat senja sehari sebelum nyepi. tapi sebelum ngerupuk, ritual yang tak boleh dilewatkan adalah upacara melasti atau melarung saji ke laut yang tujuannya adalah juga membersihkan kotoran dari dalam diri.
sore hari saat upacara ngerupuk para pemuda desa di bali mengarak ogoh-ogoh, sebuah replika raksasa berwujud makhluk menyeramkan yang melambangkan bhuta kala atau kekuatan negatif yang selalu mengganggu ketentraman hidup manusia. pawai ogoh-ogoh ini merupakan salah satu tradisi yang paling menyita perhatian masyarakat luas sebelum hari raya nyepi tiba, karena dibalik nilai ritual yang dimilikinya, pawai ogoh-ogoh juga merupakan perwujudan dari daya kreasi dan inovasi seni para seniman muda bali. jauh hari sebelum hari raya nyepi para seniman bali berusaha membuat dan menampilkan karya seni mereka secara maksimal.

setelah prosesi pawai, ogoh-ogoh biasanya dibakar dipinggiran desa sebagai perlambang pengusiran bhuta kala dari lingkungan desa setempat. memang tidak ada manuscript dalam kitab hindu yang menyebutkan adanya peranan ogoh-ogoh dalam menyambut hari nyepi, namun tradisi ini telah berlangsung secara turun temurun di bali dan menjadi atraksi menarik yang patut disaksikan. sebuah maha karya bali yang di wujudkan dalam festival ogoh-ogoh saat ini sudah menjadi perhatian dunia dengan ditandai banyaknya turis mancanegara yang hadir dalam festival ini.
0 comments:
Post a Comment